Hepta Search

Senin, 01 Oktober 2012

bab 1-3 laporan pengindraan jauh


disusun oleh:
Yoga Hepta Gumilar        1002055



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Dewasa ini kemajuan teknologi sangat pesat ini juga berpengaruh pada perkembangan ilmu pengetahuan. Ilmu perpetaan adalah salah satu ilmu yang sangat besar di pengaruhi oleh kemajuan teknologi tersebut di tandai dengan proses perekaman jarak jauh yang perekamannya melalui satelit. Peta yang dihasilkan oleh perekaman jarak jauh ini dikenal dengan nama citra pengindraan jauh. Namun pada dasarnya citra satelit dengan peta mempunyai perbedaan yang mencolok dan tidak bisa dikatakan sama.
Perkembangan teknologi yang sangat pesat ini membawa dampak positif bagi manusia, karena dengan pengindraan jarak jauh tersebut manusia dapat melakukan penelitian tanpa terjun langsung kelapangan melainkan hanya melihat pada citra tersebut. Geografi adalah salah satu ilmu yang bisa dikatakan terbantu dengan adanya pengindraan jarak jauh tersebut karena objek atau fenomena yang ada di permukaan bumi dapat diperoleh data dan informasinya dengan citra pengindraan jarak jauh tersebut. Dengan menggunakan data pengindraan jarak jauh tersebut, secara langsung kita dalam mengkaji objek permukaan bumi yang tergambar pada citra tersebut secara langsung menunjukan pendekatan kewilayahan, kelingkungan dalam konteks keruangan. Hal ini didasarkan bahwa sifat dan karakteristik objek di permukaan bumi terjadi relasi , interaksi dan interpedensi antara suatu factor dengan factor lainnya dalam suatu ruang maupun factor-faktor antar ruang.
Pengindraan jauh bertujuan untuk mengambil data dan informasi dari citra foto maupun non foto dari berbagai objek yang ada di permukaan bumi . citra pengindraan jarak jauh ini antara lain berupa foto udara, citra landsat, citra SPOT, citra quickbird dan citra IKONOS.
Citra penginderaan jauh merupakan gambar kenampakan yang tidak tergeneralisasi. Misalnya pada skala 1: 50.000, jalan dengan lebar 10 m digambarkan dengan ukuran 0,2 mm. Sekalipun ukurannya sangat kecil, kenampakan jalan tersebut masih terlihat pada citra penginderaan jauh. Pada peta skala 1: 50.000, kenampakan jalan dengan lebar 10 m seharusnya berukuran 0,2 mm. Apabila jalan tersebut merupakan kenampakkan yang penting maka kenampakkan jalan akan tetap ditonjolkan. Misalkan digambarkan dengan ukuran 1mm.
Citra penginderaan jauh mengandung ketidaktelitian dalam hal ukuran planimetriknya, terutama foto udara yang mempunyai proyeksi sentral. Walaupun hal ini tidak mengganggu interorentasi, namun dalam memplotkan hasil interpretasi pada peta akan mengalami kesulitan. Hal ini karena skala di berbagai bagian tidak sama.Teknik-teknik memindahkan hasil interpretasi ke dalam peta memerlukan yang mahal seperti camera, stereo, Analog, optical photograph, rectifier, zoom transfercope dan plotter analytical.
Dalam menganalisis atau mengedintifikasi suatu citra, pengenalan objek dan unsur-unsur interpretasi sangatlah penting karena jika kita tidak menguasai unsur-unsur interpretasi tersebut kita tidak mungkin bisa dalam memperoleh data dengan cara interpretai tersebut. Ini juga berlaku untuk menentukan karakteristik-karakteristik suatu objek di dalam citra tersebut.
Citra pengindraan jarak jauh dapat dimanfaatkan dalam berbagai bidang dan kepentingan, salah satunya adalah untuk mengidentifikasi  marine. Melalui citra pengindraan jauh ini kita dapat mengetahui bentukan-bentukan apa saja yang terdapat di wilayah marine. Salah satunya adalah mengidentifikasi bentukan delta yang di akibatkan oleh sedimentasi sungai yang arus airnya melambat. Delta ini ada beberapa jenis dan bisa dilihat di citra pengindraan jauh.

B.       Tujuan
Tujuan yang ingin diperoleh dari praktikum ini adalah
Untuk mengetahui bentukan-bentukan marine yang ada di desa jayagiri kecamatan sindangbarang, cianjur selatan. Jawa barat



C.      Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari laporan praktikum ini diantaranya :
1.      Dapat memperkaya pengetahuan tentang pengindraan jauh
2.      Dapat mengetahui tindak lanjut pemerintah atau aparat yang berwenang tentang masalah dan pemanfaatan di daerah marin khususnya merine di wilayah sindangbarang.
3.      Untuk menambah wawasan

















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.      Marine
Geomorfologi asal marin merupakan bentuk lahan yang terdapat di sepanjang pantai. Proses perkembangan daerah pantai itu sendiri sangat dipengaruhi oleh kedalaman laut. Semakin dangkal laut maka akan semakin mempermudah terjadinya bentang alam daerah pantai, dan semakin dalam laut maka akan memperlambat proses terjadinya bentang alam di daerah pantai. Selain dipengaruhi oleh kedalaman laut, perkembangan bentang lahan daerah pantai juga dipengaruhi oleh:
1.      Struktur dan tekstur batuan
2.      Keadaan bentang alam daerayh pantai
3.      Proses geomorfologi yang disebabakan oleh angin, air, gelombang, es dan arus laut
4.      Prosesd geologi yang berasal dari dalam bumi
adapun macam-macam bentukan marine, yaitu :
1)      Delta à Delta terbentuk pada muara sungai yang memasuk tubuh air tenang (danau dan lautan). Kecepatan air sungai berkurang dengan cepat dan pengendapan sedimen terjadi.
2)      Dataran Abrasi àmerupakan suatu dataran hasil erosi gelombang laut yang menghancurkan dinding pantai.
3)      Split à merupakan endapan pantai dengan suatu bagian tergabung dengan daratan dan bagian lainnya menjorok ke laut.
4)      Tombolo à merupakan suatu endapan tipis yang menghubungkan suatu pulau dengan daratan utama.
5)      Bars à bars hamper sama dengan split, tapi bars menghubungkan “headland” satu dengan yang lainnya yang bisa terbentuk di muara sungai.
6)      Gisik (beach) àmerupakan bentang lahan yang masih dipengaruhi pasang terendah dan pasang tertinggi air laut, yang merupakan akumulasi pasir pantai.
7)      Beting Gisik (beach ridge) à merupakan perkembangan dari gisik yang biasanya telah banyak dimanfaatkan untuk lahan-lahan permukiman atau pertanian yang tidak dipengaruhi lagi oleh aktivitas pasang surut, tetapi proses pembentukannya merupakan kerjasama antara aktifitas marin dan fluvial, biasanya tersusun oleh endapan pasir dan lempung.
8)      Rataan pasang surut(tidal flat) à merupakan suatu dataran pantai yang masih dipengaruhi oleh aktivitas pasang surut air laut , dengan material penyusun umumnya lempung pasiran (pantai berlempung).
9)      Rataan lumpur( mud flat) à tidal flat yang apabila tidak ada vegetasi apapun yang tumbuh
10)  Rawa payau(saltmars) à tidal flat yang apabiloa ada vegetasi yang tumbuh diatasnya seperti mangrove.
11)   Rataan terumbu (coral flat) à merupakan suatu daratan yang terbentuk akibat pendangkalan pantai dan sedimentasi yang besar diatas suatu formasi batuan yang tersusun oleh terumbu karang.
12)   Swale à merupakan bentukan morfologi berupa ledokan yang terdapat diantara dua beting gisik atau diantara dua gumbuk pasir.
13)   Lagoon à merupakan morfologi ledokan yang berada diantara dua beting gisik (swale) yang berisi air asin atau bagian perairan laut yang menggenang dan terpisah dengan tubuh perairan laut utama akibat adanya bar di depan muara sungai.
14)   Dataran alluvial pantai (coastal alluvial plain) à merupakan bentang lahan daratan sebagai akibat perkembangan pantai yang telah lanjut dan bergeser kearah darat, yang telah tertutup oleh material-material hasil sedimentasi proses fluvio-marine, tersusun oleh material alluvium (pasir berlempung) yang relative subur, dan banyak dipergunakan untuk kawasan pertanian irigasi dan pemukiman.


B.       Delta
Delta adalah suatu bentuk yang menjorok keluar dari garis pantai (seperti huruf D), terbentuk saat sungai masuk ke laut, dengan banyaknya suplai sedimen yang dibawa air sungai lebih cepat dibanding proses pendistribusian oleh proses-proses di pantai.
a.      Proses yang Mempengaruhi Pembentukan Delta 
1.      Iklim
Iklim berpengaruh terhadap proses fisika, kimia, dan biologi dalam semua komponen sistem sungai. Pada daerah tropis, penyediaan volume air permukaan besar. Pelapukan fisika dan kimia berpengaruh terhadap tingkat sedimentasi.
2.      Debit Sungai
Debit sungai tergantung dari faktor iklim, mempengaruhi bentuk geometri delta. Delta dengan debit air dan sedimennnya tinggi dan konstan tiap tahunnya menghasilkan suatu tubuh pasir yang panjang dan lurus serta umumnya membentuk sudut yang besar terhadap garis pantai. Sebaliknya bila produk sedimen serta variasi debit air setiap tahunnya berbeda, maka terjadinya perombakan tubuh-tubuh pasir yang tadinya diendapkan oleh proses-proses laut dan cenderung membentuk tubuh delta yang sejajar dengan garis pantai.
3.      Produk Sedimen
Delta tidak akan terbentuk jika produk sedimennya terlalu kecil.
4.      Energi Gelombang
Energi gelombang merupakan mekanisme penting dalam merubah dan mencetak sedimen delta yang berada di laut menjadi suatu bentuk tubuh pasir di daerah pantai.
5.      Proses Pasang Surut
Beberapa delta mayor di dunia didominasi oleh aktivitas pasang yang kuat. Diantaranya adalah delta Gangga-Brahmanaputra di Bangladesh, dan delta Ord di Australia.


6.      Arus Pantai
Arus pantai mengorientasikan tubuh-tubuh pasir hingga membentuk sejajar atau hampir sejajar dengan arah aliran sungai.
7.      Kelerengan Paparan
Kelerengan paparan benua sangat berperan dalam menentukan pola perpindahan delta, yang terjadi dalam waktu yang cukup lama.
8.      Bentuk Cekungan Penerima dan Proses Tektonik
Bentuk cekungan penerima merupakan pengontrol terhadap konfigurasi delta serta pola perubahannya. Daerah dengan tektonik yang aktif dengan akumulasi sedimen yang sedikit, sulit terbentuk delta . sebaliknya untuk daerah dengan tektonik pasif dan akumulasi sedimen yang banyak akan terbentuk delta yang baik. 

b.      Syarat-syarat Terbentuknya Delta
1.      Arus sungai pada bagian muara mempunyai kecepatan yang minimum.
2.      Jumlah bahan yang dibawa sungai sebagai hasil erosi cukup banyak.
3.      Laut pada daerah muara sungai cukup tenang.
4.      Pantainya relatif landai.
5.      Bahan-bahan hasil sedimentasi tidak terganggu oleh aktivitas air laut.
6.      Tidak ada gangguan tektonik, kecuali penurunan dasar laut seimbang dengan pengendapan sungai

c.       Unsur-unsur Delta
1.      Sungai : sebagai sarana pengangkut material
2.      Distributary Channel
3.      Delta Plain : Bagian delta yang berada di daratan, umumnya merupakan rawa-rawa.
4.      Delta Front / Delta Slope : bagian delta yang berada di depan delta plain, dan merupakan laut dangkal.
5.      Pro delta : bagian terdepan dari delta yang menuju ke laut lepas.


d.      Klasifikasi Delta 
1.      Menurut Fisher, (1969) 
Dasar klasifikasi :
Ø  Proses fluvial dan influks sedimen. 
Ø  Proses laut (gelombang dan arus bawah permukaan).

Dibagi menjadi 3 kelas, yaitu :
Ø  Cuspate Delta. 
Ø  Lobate Delta.
Ø  Elongate Delta / Bird Food Delta 

2.      Menurut Galloway (1975) :
Dasar : dominasi proses fluvial, gelombang dan pasang surut
.
Contoh Deltanya yaitu :
Ø  Bird foot delta : jika pengaruh fluvial paling dominan. 
Ø  Cuspate delta : jika pengaruh gelombang paling dominan. 
Ø  Estuarine delta : jika pengaruh pasang surut paling dominan. 

C.      Pengindraan jauh
a.      Pengertian
Dewasa ini perkembangan pengindraan jauh sangat pesat, perkembangan ini menyangkut wahana, atau alat/kendaraan pembawa sensor, jenis citra serta liputan dan ketersediaanya , alat dan analisis data serta penggunaan dan bidang penggunaannya.
Untuk lebih jelasnya ada beberapa pengertian pengindraan jauh atau indraja dari para ahli,
Ø  Pengindraan jauh berasal dari kara remote sensing memiliki pengertian bahwa pengindraan jauh merupakan suatu ilmu dan seni untuk memperoleh data dan informasi dari suatu objek dipermukaan bumi dengan menggunakan alat yang tidak berhubungan langsung dengan objek yang dikajinya (Lillesand dan Kiefer, 1979).
Ø  Pengindraan jauh merupakan variasi teknik yang dikembangkan untuk memperoleh dan analisis informasi tentang bumi. Informasi tersebut berbentuk padiasi  elektromagnetik yang dipantulkan dan dipancarkan dari permukaan bumi (lindgren, 1859).
Ø  Penginderaan jauh merupakan upaya untuk memperoleh, menemutunjukkan (mengidentifikasi) dan menganalisis objek dengan sensor pada posisi pengamatan daerah kajian (Avery, 1985).
b.      Sejarah Pengindraan Jauh
Perkembangan Pengindraan Jauh dibedakan menjadi dua tahap, yaitu sebelun tahun 1960 yang masinh menggunakan foto udara dan sesudah taun 1960 yang sudah menggunakan satelit.
1.      Sebelum Tahun 1960
Perkembangan kamera diperoleh oleh Aristoteles dengan ditemukannya teknologi Camera Obscura yang merupakan temuan suatu proyeksi bayangan melalui lubang kecil ke dalam ruang gelap. Percobaan ini dilanjutkan oleh beberapa ahli lagi yang kemudian mulai ditemukannya proses fotografi yang akhirnya berkembang menjadi teknik fotografi. Teknik fotografi terus berkembang setelah diproduksinya rol filem yang awalnya di buat untuk mempotret desa dan kota di Paris dengan menggunakan balon udara. Pada yahun 1903 di Jerman, kamera pertama yang diluncurkan melalui roket yang dimaksudkan untuk melakukan pemotretan udara dari ketinggian 800 m dan kamera tersebut kembali ke bumi dengan parasut. Foto udara pertama kali dibuat oleh Wilbur Wright pada tahun 1909. Selama periode Perang Dunia I, foto udara digunakan untuk berbagai keperluan antara lain untuk pelacakan dari udara yang dilakukan dengan pesawat kecil dilengkapi dengan kamera untuk mendapatkan informasi kawasan militer strategis, juga dalam hal peralatan interpretasi foto udara, kamera dan film. Sejak tahun 1920 di Amerika, pemanfaatan foto udara telah berkembang pesat yang mana banyak digunakan sebagai alat bantu dalam pengelolaan lahan, pertanian, kehutanan, dan pemetaan penggunaan tanah. Dimulai dari pemanfaatan foto hitam putih yang pada gilirannya memanfaatkan foto udara berwarna bahkan juga foto udara infra merah. Selama perang dunia ke II, pemanfaatan foto udara telah dikembangkan menjadi bagian integral aktifitas militer yang digunakan untuk pemantauan ketahanan militer dan aktifitas daerah di pasca perang.

2.      Sesudah Tahun 1960
Perekaman bumi pertama dilakukan oleh satelit TIROS (Television and Infrared Observation Satellite) pada tahun 1960 yang merupakan satelit meteorology. Sejak saat ini peluncuran manusia ke angkasa luar dengan kapsul Mercury, Gemini dan Apollo dan lain-lain digunakan untuk pengambilan foto pemukaan bumi. Sensor multispektral fotografi S065 yang terpasang pada Apollo-9 (1968) telah memberikan ide pada konfigurasi spektral satelit ERTS-1 (Earth Resources Technology Satellite), yang akhirnya menjadi Landsat (Land Satellite). Satelit ini merupakan satelit untuk observasi sumber daya alam. Setiap program satelit mempunyai misi khusus mengindera dan mengamati permukaan bumi, sesuai dengan kepentingan dan kebutuhan aplikasi yang menjadi tujuannya. Misi satelit PJ resolusi tinggi sebagian berorientasi untuk inventarisasi, pantauan, dan penggalian lahan atau daratan, sebagian untuk mendapatkan informasi kelautan dan lingkungan. Tabel 1 menunjukkan program satelit PJ operasional mulai dari tahun 1990 sampai menjelang tahun 2000, yang distribusi datanya bagi masyarakat di seluruh dunia. Data PJ tersebut dapat dipesan, dibeli, atau diminta melalui operator satelit atau stasiun bumi di negara atau kawasan setempat.

c.       Fisika Pengindraan Jauh
Karakter utama dari suatu image (citra) dalam penginderaan jauh adalah adanya rentang panjang gelombang (wavelength  band) yang dimilikinya. Beberapa radiasi yang bisa dideteksi dengan sistem penginderaan jarak jauh seperti : radiasi cahaya matahari atau panjang gelombang dari visible dan near sampai middle  infrared,  panas   atau dari distribusi spasial energi panas yang dipantulkan permukaan bumi (thermal), serta refleksi gelombang mikro. Setiap material pada permukaan bumi juga mempunyai reflektansi yang berbeda terhadap cahaya matahari. Sehingga material-material tersebut akan mempunyai resolusi yang berbeda pada setiap band panjang gelombang.
Piksel adalah sebuah titik yang merupakan elemen palong kecil pada citra satelit. Angka numerik (1 byte) dari piksel disebut Digital Number (DN). Digital Number bisa ditampilkan dalam warna kelabu, berkisar antara putih dan hitam (greyscale), tergantung level energi yang terdeteksi. Piksel yang disusun dalam order yang benar akan membentuk sebuah citra. Berdasarkan resolusi yang digunakan, citra hasil penginderaan jarak jauh bisa dibedakan atas (Jaya, 2002):
Ø  Resolusi spasial
Merupakan ukuran terkecil dari suatu bentuk (feature) permukaan bumi yang bisa dibedakan dengan bentuk permukaan disekitarnya, atau sesuatu yang ukurannya bisa ditentukan. Kemampuan ini memungkinkan kita untuk mengidentifikasi (recognize) dan menganalisis suatu objek di bumi selain mendeteksi (detectable) keberadaannya.
Ø  Resolusi spektral
Merupakan dimensi dan jumlah daerah panjang gelombang yang sensitive terhadap sensor
Ø  Resolusi radiometrik
Merupakan ukuran sensitifitas sensor untuk membedakan aliran radiasi (radiation flux) yang dipantulkan atau diemisikan suatu objek oleh permukaan bumi.
Ø  Resolusi Temporal
Merupakan frekuensi suatu sistem sensor merekam suatu areal yang sama (revisit). Seperti Landsat TM yang mempunyai ulangan setiap 16 hari, SPOT 26 hari dan lain sebagainya.
Kebanyakan citra satelit yang belum diproses disimpan dalam bentuk grayscale, yang merupakan skala warna dari hitam ke putih dengan derajat keabuan yang bervariasi. Untuk penginderaan jauh, skala yang dipakai adalah 256 shade grayscale, dimana nilai 0 menggambarkan hitam, nilai 255 putih.
Untuk citra muktispektral, masing-masing piksel mempunyai beberapa DN, sesuai dengan jumlah band yang dimiliki. Sebagai contoh, untuk Landsat 7, masing-masing piksel mempunyai 7 DN dari 7 band yang dimiliki. Citra bisa ditampilkan untuk masing0masing band dalam bentuk hitan putih maupun kombinasi 3 band sekaligus, yang disebut color composites.
Citra, sebagai dataset, bisa dimanipulasi menggunakan algorithm (persamaan matematis). Manipulasi bisa merupakan pengkoreksian error, pemetaan kembali data terhadap suatu referensi geografi tertentu, ataupun mengekstrak informasi yang tidak langsung terlihat dari data. Data dari dua citra atau lebih pada lokasi yang sama dikombinasikan secara matematis untuk membuat composite dari beberapa dataset. Produk data ini, disebut derived products, bisa dihasilkan dengan beberapa penghitungan matematis atas data numerik mentah (DN) (Puntodewo, dkk, 2003
Adapun jenis-jenis gelombang atau spectrum yaitu,
1)      Gelombang Radio
Gelombang radio dikelompokkan menurut panjang gelombang atau frekuensinya. Jika panjang gelombang tinggi, maka pasti frekuensinya rendah atau sebaliknya. Frekuensi gelombang radio mulai dari 30 kHz ke atas dan dikelompokkan berdasarkan lebar frekuensinya. Gelombang radio dihasilkan oleh muatan-muatan listrik yang dipercepat melalui kawat-kawat penghantar. Muatan-muatan ini dibangkitkan oleh rangkaian elektronika yang disebut osilator. Gelombang radio ini dipancarkan dari antena dan diterima oleh antena pula. Kamu tidak dapat mendengar radio secara langsung, tetapi penerima radio akan mengubah terlebih dahulu energi gelombang menjadi energi bunyi.
2)      Gelombang mikro
Gelombang mikro (mikrowaves) adalah gelombang radio dengan frekuensi paling tinggi yaitu diatas 3 GHz. Jika gelombang mikro diserap oleh sebuah benda, maka akan muncul efek pemanasan pada benda itu. Jika makanan menyerap radiasi gelombang mikro, maka makanan menjadi panas dalam selang waktu yang sangat singkat. Proses inilah yang dimanfaatkan dalam microwave oven untuk memasak makanan dengan cepat dan ekonomis. Gelombang mikro juga dimanfaatkan pada pesawat RADAR (Radio Detection and Ranging) RADAR berarti mencari dan menentukan jejak sebuah benda dengan menggunakan gelombang mikro. Pesawat radar memanfaatkan sifat pemantulan gelombang mikro. Karena cepat rambat glombang elektromagnetik c = 3 X 108 m/s, maka dengan mengamati selang waktu antara pemancaran dengan penerimaan.
3)      Sinar Inframerah
Sinar inframerah meliputi daerah frekuensi 1011Hz sampai 1014 Hz atau daerah panjang gelombang 10-4 cm sampai 10-1 cm. jika kamu memeriksa spektrum yang dihasilkan oleh sebuah lampu pijar dengan detektor yang dihubungkan pada miliampermeter, maka jarum ampermeter sedikit diatas ujung spektrum merah. Sinar yang tidak dilihat tetapi dapat dideteksi di atas spektrum merah itu disebut radiasi inframerah.
Sinar infamerah dihasilkan oleh elektron dalam molekul-molekul yang bergetar karena benda diipanaskan. Jadi setiap benda panas pasti memancarkan sinar inframerah. Jumlah sinar inframerah yang dipancarkan bergantung pada suhu dan warna benda.
4)      Cahaya tampak
Cahaya tampak sebagai radiasi elektromagnetik yang paling dikenal oleh kita dapat didefinisikan sebagai bagian dari spektrum gelombang elektromagnetik yang dapat dideteksi oleh mata manusia. Panjang gelombang tampak nervariasi tergantung warnanya mulai dari panjang gelombang kira-kira 4 x 10-7 m untuk cahaya violet (ungu) sampai 7x 10-7 m untuk cahaya merah. Kegunaan cahaya salah satunya adlah penggunaan laser dalam serat optik pada bidang telekomunikasi dan kedokteran.
5)   Sinar ultraviolet
Sinar ultraviolet mempunyai frekuensi dalam daerah 1015 Hz sampai 1016 Hz atau dalam daerah panjang gelombagn 10-8 m 10-7 m. gelombang ini dihasilkan oleh atom dan molekul dalam nyala listrik. Matahari adalah sumber utama yang memancarkan sinar ultraviolet dipermukaan bumi,lapisan ozon yang ada dalam lapisan atas atmosferlah yang berfungsi menyerap sinar ultraviolet dan meneruskan sinar ultraviolet yang tidak membahayakan kehidupan makluk hidup di bumi.
6)   Sinar X
Sinar X mempunyai frekuensi antara 10 Hz sampai 10 Hz . panjang gelombangnya sangat pendek yaitu 10 cm sampai 10 cm. meskipun seperti itu tapi sinar X mempunyai daya tembus kuat, dapat menembus buku tebal, kayu tebal beberapa sentimeter dan pelat aluminium setebal 1cm.
7)      Sinar Gamma
Sinar gamma mempunyai frekuensi antara 10 Hz sampai 10 Hz atau panjang gelombang antara 10 cm sampai 10 cm. Daya tembus paling besar, yang menyebabkan efek yang serius jika diserap oleh jaringan tubuh.
a.      Unsur-unsur Interpretasi
1)   Rona dan Warna
Rona adalah tingkat kegelapan atau tingkat kecerahan objek pada citra. Sedangkan warna adalah wujud yang tampak oleh mata dengan menggunakan spectrum sempit, lebih sempit dari spectrum tampak
2)   Bentuk
Bentuk merupakan variable kualitatif yang memberikan konfigurasi atau kerangka suatu objek (Lo, 1976).
3)   Ukuran
Ukuran ialah atribut objek berupa jarak, luas, tinggi, lereng dan volume.
4)   Tekstur
Tekstur merupakan perubahan rona pada citra atau pengulangan rona kelompok obyek yang terlalu kecil untuk dibedakan secara individual.
5)   Pola
Pola atau susunan keruangan merupakan ciri yang menandai bagi banyak objek bentukan manusia dan bagi beberapa objek alamiah.
6)   Bayangan
Bayangan bersifat menyembunyikan detail atau objek yang berada di daerah gelap.
7)   Situs
Situs adalah letak suatu objek terhadap objek lain di sekitarnya.
8)   Asosiasi
Asosiasi adalah keterkaitan antara objek yang stau dengan objek yang lainnya. Misalnya fasilitas listrik yang besar sering menjadi petunjuk bagi jenis pabrik aluminium, gedung sekolah yang berbeda dengan tempat ibadah.
9)   Konfergensi bukit
Konfergensi bukit ialah penggunaan beberapa unsure interpretasi citra sehingga lingkupnya menjadi semakin menyempit kea rah satu simpulan tertentu.


b.      Keunggulan dan Kelemahan Pengindraan Jauh
1.         Keunggulan Inderaja
Menurut Sutanto (1994-18-23), penggunaan penginderaan jauh baik diukur dari jumlah bidang penggunaannya maupun dari frekuensi penggunaannya pada tiap bidang mengalami pengingkatan dengan pesat. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain :
Ø  Citra menggambarkan obyek, daerah, dan gejala di permukaan bumi dengan; wujud dan letak obyek yang mirip ujud dan letak di permukaan bumi, relatif lengkap, meliputi daerah yang luas, serta bersifat permanen.
Ø  Dari jenis citra tertentu dapat ditimbulkan gambaran tiga dimensional apabila pengamatannya dilakukan dengan alat yang disebut stereoskop.
Ø  Karaktersitik obyek yang tidak tampak dapat diwujudkan dalam bentukcitra sehingga dimungkinkan pengenalan obyeknya.
Ø  Citra dapat dibuat secara cepat meskipun untuk daerah yang sulit dijelajahi secara terestrial.
Ø  Merupakan satu-satunya cara untuk pemetaan daerah bencana.
Ø  Citra sering dibuat dengan periode ulang yang pendek.
2.         Kelemahan Inderaja
Walaupun mempunyai banyak kelebihan, penginderaan jauh juga memiliki kelemahan antara lain sebagai berikut
Ø  Orang yang menggunakan harus memiliki keahlian khusus;
Ø  Peralatan yang digunakan mahal;
Ø  Sulit untuk memperoleh citra foto ataupun citra nonfoto.

A.    Citra Landsat
Satelit LANDSAT (Land satellite) merupakan salah satu contoh satelit sumber daya yang menghasilkan citra multispektral. Satelit ini milik Amerika Serikat yang diluncurkan pertama kali tahun 1972 dengan nama ERST-1. Keberhasilan satelit ini, dilanjutkan dengan peluncuran satelit kedua dengan nama Landsat-1, hingga tahun 1991 telah diluncurkan sebanya lima satelit (Landsat-1 sampai Landsat-5). Landsat TM (Land satellite Thematic Mapper) adalah satelit sumber daya bumi generasi kedua yang merupakan penyempurnaan dari landsat generasi pertama. Keunggulan dari satelit ini adalah pada jumlah saluran yang digunakan sebanyak 7 saluran (band) serta digunakan saluran inframerah tengah dan inframerah termal. Citra Landsat ETM+ mempunyai spesifikasi antara lain resolusi spektral tinggi, yaitu mempunyai 8 saluran sehingga kemampuan membedakan obyek relatif tinggi. Liputan citra yang luas membuat citra ini mempunyai kemampuan memberikan gambaran suatu daerah secara kenampakan yang berkesinambungan (sinoptic overview) sehingga akan memudahkan dalam interpretasi suatu daerah yang luas. Hal ini karena perbandingan mapun keterkaitan kenampakan antara satuan wilayah dapat dilihat secara langsung pada citra yang sama. Citra Landsat ETM+ mempunyai resolusi temporal atau mampu merekam daerah yang sama setiap 16 hari sekali, hal ini sangat bermanfaat untuk memperoleh data terbaru tentang daerah penelitian. Pada citra Landsat generasi ke-7 telah ditingkatkan resolusi spasialnya, yaitu dengan sensor ETM+ selain menghasilkan citra dengan 7 saluran seperti pada sensor TM, ditambah saluran (band) ke-8 yang mempunyai resolusi spasial 15 meter (pankromatik) kemudian dari sensor HRMSI dihasilkan citra multispectral (4 band) dengan resolusi spasial 10 meter serta 1 band citra pankromatik dengan resolusi spasial 5 meter.(Khakhim N, 2003) Landsat yang masih berotasi sampai sekarang adalah landsat 5 yang merupakan satelit sumber alam generasi baru yang telah beroprasi penuh. Satelit ini berada pada ketinggian 705 km yang terdiri atas multimission modular spesecraft, yaitu modul pesawat sebagai pendukung posisi dan keberadaan satelit, dan instrumen modul yaitu modul instrumen penginderaan jauh. Satelit ini mempunyai orbit yang tidak berubah (sunsynchronous) dan hampir polar karena orbitnya tidak berhimpitan dengan bumi, melainkan beda sebesar 8.20 searah jarum jam. Orbit sunsynchronous disebapkan sudut antara bidang matahari, pusat bumi dan bidang orbit satelit dibuat tetap sebesar 37,50 (Lillesand dan Kiefer, 1994). Rotasi bumi dari barat ke timur dan orbit satelit yang sunsynchronous menyebapkan satelit mengitari bumi lebih dari 10 kali sehari. Setiap putaran membutuhkan waktu sekitar 98 menit. Proyeksi lintasan satelit bergeser dari arah timur ke barat sejauh 2,752 Km di sepanjang katulistiwa. Landsat bergerak dari utara ke selatan dengan menyapu permukaan bumi selebar 185 Km dan dapat meliput hampir seluruh permukaan bumi dan beberapa daerah laut (Lillesand dan Kiefer, 1994) . Menurut Lillesand dan Kiefer (1994) dalam Purwadhi (2001) bahwa satelit LANDSAT 7 saat ini membawa dua sensor, yaitu ETM+ dan High Resolution Multispectral Stereo Imager (HRMSC). Desain ETM + titik beratnya untuk berkelanjutan (continuity) dari program LANDSAT 4, 5, dan 6, yaitu lebar liputan 185 Km. Desain sensor ETM + seperti ETM pada LANDSAT 7 ditambah dua sistem model kalibrasi untuk gangguan kalibrasi untuk gangguan radiasi matahari (Dua Model Solar kallibrator Sistem) dengan penambahan lampu kalibrasi untuk fasilitas koreksi radiomatrik. Menurut Lillesand dan Kiefer (1994), ke tujuh band pada landsat untuk  pemetaan tematik adalah :
Band
Panjang
Gelombang(µm)
Spektral
Kegunaan
1
0.45 - 0.52
Biru
Tembus terhadap tubuh air, dapat untuk pemetaan air, pantai,pemetaan tanah, pemetaan tumbuhan, pemetaan kehutanan dan mengidentifikasi budidaya manusia
2
0.52 - 0.60
Hijau
Untuk pengukuran nilai pantul hijau pucuk tumbuhan dan penafsiran aktifitasnya, juga untuk pengamatan kenampakan budidaya manusia

3
0.63 - 0.69
Merah
Dibuat untuk melihat daerah yang menyerap klorofil, yang dapat digunakannuntuk membantu dalam pemisahan spesies tanaman juga untuk pengamatan budidaya manusia
4
0.76 - 0.90
Infra merah
dekat
Untuk membedakan jenis tumbuhan aktifitas dan kandungan biomas untuk membatasi tubuh air dan pemisahan kelembaban tanah
5
1.55 - 1.75
Infra merah
sedang
Menunjukkan kandungan kelembaban tumbuhan dan kelembaban tanah, juga untuk membedakan salju dan awan

6
10.4 - 12.5
Infra Merah
Termal
Untuk menganallisis tegakan tumbuhan, pemisahan kelembaban tanah dan pemetaan panas
7
2.08 - 2.35
Infra merah
sedang
Berguna untuk pengenalan terhadap mineral dan jenis batuan, juga sensitif terhadap kelembaban tumbuhan

B.     Pengindraan Jauh Untuk Marine
Pengindraan jauh sangat besar manfaatnya bagi kehidupan manusia begitupun bagi geografi, karena dengan pengindraan jauh ini geografi dalam mengkaji sebuah objek di permukaan bumi tanpa harus terjun ke lapangan namun dengan hanya menginterpretasi citra pengindraan jauh tersebut. Dalam kajian geografi terdapat pula geomorfologi bentukan marine. Dengan bantuan pengindraan jauh ini dalam pengkajian marine dapat lebih mudah dalam hal penelitian dilapangan dari pada menggunakan peta geologi. Karena citra ini lebih nyata dan keakuratannya lebih bagus karena merupakan sebuah foto, sedangkan peta adalah sebuah gambar yang distorsinya bisa dibilang cukup besar.
Sedangkan manfaat yang diperoleh apabila menggunakan pengindraan jauh dalam kajian marine, diantaranya :
§      Pengamatan sifat fisis air laut.
§      Pengamatan pasang surut air laut dan gelombang laut.
§      Pemetaan perubahan pantai, abrasi, sedimentasi, dan lain-lain

BAB III
METODOLOGI

A.    Alat dan Bahan
Alat-alat yang dipergunakan dalam praktikum ini diantarnaya:
1.             Peta rupabumi à peta rupa bumi dipergunakan untuk membantu mengidentifikasi penggunaan lahan dan bentukan lahan pada citra satelit. Selain itu juga dapat dipergunakan untuk mempermudah mengetahui lokasi atau tempat yang kita tuju atau cari.
2.             Peta geologi à dipergunakan untuk membantu mencari atau mengidentifikasi jenis tanah di daerah praktikum
3.             Citra satelit Landsat lembar Cipatujah à untuk menginterpretasikan bentukan marine apa saja yang terdapat di daerah Cipatujah.
4.             GPS à untuk membantu kita menemukan dan mengetahui koordiant (grid atau geodetic) daerah praktikum. Caranya yaitu kita ambil data tentang suatu tempat dilihat dari ketinggiannya. Kemudian setelah ditentukan ketinggiannya maka arahkan arah itu terhadap  garis koordinat, maka didapatkan garis lintang dan garis bujur yang sesuai dengan ketinggian tempat yang telah ditentukan.
5.             Kompas à untuk mengetahui arah dan letak tempat yang akan disajikan titik pengamatan. Cara kerja kompas yaitu: kompas harus terletak diatas permukaan yang datar sehingga kinerja kompas itu bisa menentukan suatu arah yang lebih tepat dimana jarum kompas selalu menggarah kea rah utara sehingga memungkinkan kita untuk dapat dengan mudah menentukan arah utara pada suatu daerah yang tidak di ketahui kemana arah mata anginnya.Kemudian setelah penempatan kompas itu dalam keadaan stabil dan datar, kita arahkan kompas pada satu titik yang akan menjadi tiitik focus penelitian, setelah kita mendapatkan satu titik focus kemudian ambil garis lurus sehingga menghasilkan sebuah titik pertemuan, maka itulah titik atau tempatyang harus di jadikan penelitian.
6.             Klinometer à untuk mengukur derajat kemiringan lereng
      7.      Kamera à  untuk memotret bentukan-bentukan di daerah marine
Daftar Pustaka

________.informasi desajayagiri.[online][7 desember 2011]
________.sejarah pengindraan jauh.[online][7 desember 2011]
Data-data praktikum pengindraan jauh
Hani, 2007.karya ilmiah pengindraan jauh.bandung:universitas pendidikan Indonesia
Indraja.blogspot.com
Instrument pengamatan geologi lingkungan
Mulawarmandhani, adithya. 2009 bentang alam laut pantai [online]. Tersedia : http://adityamulawardhani.blogspot.com/2009/02/bentang-alam-laut-pantai.htm
Sugandi,dede Drs M.Si,2010. Pengindraan jauh dan aplikasinya.buana nusantara press :Bandung
Tersedia : http://geoenviron.blogspot.com/2011/10/remote-sensing.html



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Social Profiles

TwitterFacebookGoogle PlusLinkedInRSS FeedEmail